Selamat malam kawan, semoga baik – baik saja ya kabar kalian semua.
Pokoknya semoga selalu dalam lindungaNYA. Amiin.
Beberapa hari yang lalu gue ngerasa ada yang aneh dalam hidup gue. Kenapa aneh? Karena gue baru menemuan makna baru dalam hidup. karena setahu gue “Diam itu pasarah, bukan melawan”. Bukan “Diam itu melawan bukan Pasarah” tapi ada juga orang yang memaknainya demikian.
Cerita ini sebenarnya tentang keapesan, hal apes dan apalah pokoknya itu. waktu itu gue kerja masuk pagi, sesuai jam kerja sih gue harusnya gue boleh istirahat jam setengah 3 sore. Tapi berhubung gue kepingin ngopi, so gue pun memberanikan diri buat pergi ke rest area kerja gue yang jaraknya lumayan deket (Sekitar satu menit lah kalau jalan kaki)lebih awal 3 menit dari waktu yang diijinkan.
Tapi yang namanya mahkluk apes lagi nempel banget kali ya sama gue hari itu, makanya gue pun ketiban sial banget hari itu. gue baru saja nglempengin punggung sambil nyender di kursi rest area, tiba – tiba Kepala Divisi produksi sudah muncul di dekat rest area. Kebanyakan orang panik dan langsung serta merta mereka mematikan rokoknya dan kabur lagi ke area kerja. Gue tahu kok dalam hati teman – teman gue pada nggerutu. “kampret, rokok gue masih panjang, masih 200 perak lah. Malah ada patroli lewat”.
Kepala Divisi sih nggak marah dia Cuma nanya sedikit pertanyaan “kamu masuk apa?” lalu ada yang menjawab “pagi pak”. “shift pagi jam segini kok udah disini”. Tapi pertanyaan yang sedikit itu sudah cukup membuat orang pada pergi dari rest area.
Tapi gue dan beberapa teman gue nggak termasuk yang pergi. Loh, kenapa? Karena gue sudah di ujung tanduk kawan. Gue duduknya di ujung rest area. Kalaupun gue mau kabur, gue harus nglewatin tuh bapak Kepala Divisi. Itu sama saja bunuh diri menurut gue. Posisi gue saat itu sudah seperti Makan buah simalakama, makan nggak makan tetap mati pokoknya.
Ibaratnya itu ya, gue udah di ujung bidikan seorang Sniper papan atas yang keakuratan tembakanya 99,9%. Karena gue pikir, pergi dan nggak pergi hasilnya sama saja. Yaitu sama – sama bakal jadi tersangka pencurian (loh kok). Pencurian waktu istirahat kawan, karena belum waktunya.
Ibaratnya gue sudah bakal tertangkap basah, makanya gue pilih diem aja di tempat sambil ngelanjutin ngisep – ngisep rokok. Karena yang lain kabur dan gue beserta enam teman gue yang duduknya di ujung nggak kemana – mana alias diam di tempat. Lalu deh tuh bapak Kepala Divisi datangin kami dan menanyai kami dari bagian mana dan juga masuk kerja apa?
Dengan muka tidak suka lalu beliau pergi meninggalkan kami ber-enam yang tersisa. Nggak lama kemudian, atasan gue datang dan beberapa atasan lain juga datang buat nge-data kami berenam para tersangka pencuri waktu.
Karena gue biasa ngobrol sama atasan gue, dia pun datang dengan ketawa – ketawa (dia nggak pernah marah setahu gue). Dia Cuma bilang. ” Yang hati – hati mas. Kenapa nggak bilang aja shift sore mas”. Gue bilang aja “ sudah ketangkep basah Pak. Ngelak juga saya rasa percuma”. Atasan gue melanjutkan, “sebenarnya nggak papa mas, Cuma yang jadi masalah, yang lain pada kabur balik ke area kerja, kenapa kalian enggak? Mau nantangin Kepala Divsi”.
“alamak”. Jujur gue kaget, kalau gue dan yang lainya yang Cuma duduk sedari tadi itu karena sudah pasrah ketangkep basah. Bukan karena mau ngelawan Kepala Divisi. Dari sini gue akhirnya tahu kalau maksud Kepala Divisi gue nanya tadi itu secara nggak langsung beliau nyuruh gue dan yang lainya buat balik lagi ke area kerja. Bukan mau nangkepin kita semua.
Kalau begini kan jadi salah persepsi kan? Coba kalau Kepala Divisi itu bilang kalau gue di suruh balik. Pasti gue balik. Sumpah gue gagal paham sampai disini kawan. Maafkan saya Bapak Kepala Divisi. Semoga kedepanya saya lebih baik lagi dalam hal mencuri waktu. Ya enggak lah. Pokoknya jangan sampai terulang lagi lah kejadian semacam ini. Amiin.
Terima kasih sudah membaca.
Salam Tengik.
Pokoknya semoga selalu dalam lindungaNYA. Amiin.
Beberapa hari yang lalu gue ngerasa ada yang aneh dalam hidup gue. Kenapa aneh? Karena gue baru menemuan makna baru dalam hidup. karena setahu gue “Diam itu pasarah, bukan melawan”. Bukan “Diam itu melawan bukan Pasarah” tapi ada juga orang yang memaknainya demikian.
Cerita ini sebenarnya tentang keapesan, hal apes dan apalah pokoknya itu. waktu itu gue kerja masuk pagi, sesuai jam kerja sih gue harusnya gue boleh istirahat jam setengah 3 sore. Tapi berhubung gue kepingin ngopi, so gue pun memberanikan diri buat pergi ke rest area kerja gue yang jaraknya lumayan deket (Sekitar satu menit lah kalau jalan kaki)lebih awal 3 menit dari waktu yang diijinkan.
Tapi yang namanya mahkluk apes lagi nempel banget kali ya sama gue hari itu, makanya gue pun ketiban sial banget hari itu. gue baru saja nglempengin punggung sambil nyender di kursi rest area, tiba – tiba Kepala Divisi produksi sudah muncul di dekat rest area. Kebanyakan orang panik dan langsung serta merta mereka mematikan rokoknya dan kabur lagi ke area kerja. Gue tahu kok dalam hati teman – teman gue pada nggerutu. “kampret, rokok gue masih panjang, masih 200 perak lah. Malah ada patroli lewat”.
Kepala Divisi sih nggak marah dia Cuma nanya sedikit pertanyaan “kamu masuk apa?” lalu ada yang menjawab “pagi pak”. “shift pagi jam segini kok udah disini”. Tapi pertanyaan yang sedikit itu sudah cukup membuat orang pada pergi dari rest area.
Tapi gue dan beberapa teman gue nggak termasuk yang pergi. Loh, kenapa? Karena gue sudah di ujung tanduk kawan. Gue duduknya di ujung rest area. Kalaupun gue mau kabur, gue harus nglewatin tuh bapak Kepala Divisi. Itu sama saja bunuh diri menurut gue. Posisi gue saat itu sudah seperti Makan buah simalakama, makan nggak makan tetap mati pokoknya.
Ibaratnya itu ya, gue udah di ujung bidikan seorang Sniper papan atas yang keakuratan tembakanya 99,9%. Karena gue pikir, pergi dan nggak pergi hasilnya sama saja. Yaitu sama – sama bakal jadi tersangka pencurian (loh kok). Pencurian waktu istirahat kawan, karena belum waktunya.
Ibaratnya gue sudah bakal tertangkap basah, makanya gue pilih diem aja di tempat sambil ngelanjutin ngisep – ngisep rokok. Karena yang lain kabur dan gue beserta enam teman gue yang duduknya di ujung nggak kemana – mana alias diam di tempat. Lalu deh tuh bapak Kepala Divisi datangin kami dan menanyai kami dari bagian mana dan juga masuk kerja apa?
Dengan muka tidak suka lalu beliau pergi meninggalkan kami ber-enam yang tersisa. Nggak lama kemudian, atasan gue datang dan beberapa atasan lain juga datang buat nge-data kami berenam para tersangka pencuri waktu.
Karena gue biasa ngobrol sama atasan gue, dia pun datang dengan ketawa – ketawa (dia nggak pernah marah setahu gue). Dia Cuma bilang. ” Yang hati – hati mas. Kenapa nggak bilang aja shift sore mas”. Gue bilang aja “ sudah ketangkep basah Pak. Ngelak juga saya rasa percuma”. Atasan gue melanjutkan, “sebenarnya nggak papa mas, Cuma yang jadi masalah, yang lain pada kabur balik ke area kerja, kenapa kalian enggak? Mau nantangin Kepala Divsi”.
“alamak”. Jujur gue kaget, kalau gue dan yang lainya yang Cuma duduk sedari tadi itu karena sudah pasrah ketangkep basah. Bukan karena mau ngelawan Kepala Divisi. Dari sini gue akhirnya tahu kalau maksud Kepala Divisi gue nanya tadi itu secara nggak langsung beliau nyuruh gue dan yang lainya buat balik lagi ke area kerja. Bukan mau nangkepin kita semua.
Kalau begini kan jadi salah persepsi kan? Coba kalau Kepala Divisi itu bilang kalau gue di suruh balik. Pasti gue balik. Sumpah gue gagal paham sampai disini kawan. Maafkan saya Bapak Kepala Divisi. Semoga kedepanya saya lebih baik lagi dalam hal mencuri waktu. Ya enggak lah. Pokoknya jangan sampai terulang lagi lah kejadian semacam ini. Amiin.
Terima kasih sudah membaca.
Salam Tengik.