PING!
PING!
Berkali – kali kalimat itu memasuki BlackBerry messager Satya. Berkali – kali juga Dia hanya membaca dan tak membalasnya.Merubah status pesan di BBM Armand“D” menjadi“R”. Membiarkan semua “kode” dari Kekasih hatinyaterbengkalai.
Berkali – kali kalimat itu memasuki BlackBerry messager Satya. Berkali – kali juga Dia hanya membaca dan tak membalasnya.Merubah status pesan di BBM Armand“D” menjadi“R”. Membiarkan semua “kode” dari Kekasih hatinyaterbengkalai.
Di tempat lain
Armand hanya menyaksikan semua BBMnya hanya berubah dari “D” ke “R”, tapi tak
satupun jua jawaban Ia terima.
Kerinduan hanya bisa
Armand simpan dalam hatinya. Bertanya – tanya kenapa Satya mengabaikan kode dari dirinya. “Tak biasanya Satya begini.” gumam
Armand.
Dari situ Armand
mulai bertanya dalam hatinya sendiri, “ sudahkah Satya tak merindukanya lagi?”
atau mungkin hanya waktu yang kurang tepat, bila saat ini mereka bertukar
kabar.
Detik berganti
menit, menit berganti Jam, namun tak kunjung pesan Armand dibalas Satya. Armand
mulai bosan pada kata menunggu, Ia buka facebooknya menulis status tentang
kerinduan yang berpuisi, pada dasarnya hanya untuk menyinggung Satya. Mencolek
perasaan Satya agar sadar kalau di tempat lain ada Laki – laki yang menantikan
pesanya berbalas.
Bukanya membalas
dengan komentar, Satya justru membalasnya dengan status yang intinya mengatakan
bahwa Satya sebenarnya ingin ngobrol seperti biasanya, tapi ada rasa Gengsi
untuk memulainya lebih dulu.Karena bagi Satya, kata Ladies first hanya cocok untuk ajakan jalan, bukan yang lain.
Semua itu berawal
dari kejadian 2 hari yang lalu. Saat mereka berdua tengah asyik dalam obrolan
melalui saluran telepon. Waktu itu pukul 22:10, Satya sudah tak dapat menahan
kantuknya. Tapi Armand masih kuat untuk ngobrol apapun, karena Dia memang masuk
kerja shift malam.
Rasa kantuk Satya
membuat jawaban dari setiap pertanyaan Armand terdengar ngelantur. Armand yang merasa obrolan mereka mulai ada yang beda segera menanyakanya.
“kamu tahu kakak ipar
ku kan Sat? Dia itu orangnya baik banget sama aku”.
“enggak Mas”.
“Kamu kenapa sih Sat?
Kok aku ngerasa lain ya dengan cara kamu ngomong.”
“aku gak papa Mas”.
Satya tak mau mengakui rasa kantuknya karena perasaan tidak enak pada Armand. Takut
Armand kecewa, marah, dan malah membencinya karena lebih memilih tidur daripada
ngobrol dengan kekasihnya. Sedangkan Armand sudah mengorbankan banyak hal untuk
bisa ngobrol dengan Satya. Membeli pulsa, meluangkan waktu di sela – sela dinas
malamnya. Dan menghindari alias sembunyi – sembunyi dari istrinya. Eh, salah.
Dari Bosnya maksudnya.
“aku gak papa mas,
beneran”. Satya kembali meyakinkan Armand.
Tapi emosi sudah
terlanjur menguasai kepala Armand. “Ya sudah Sat, kalau kamu memang lagi males
ngomong”. Seraya Armand menutup panggilan telponya. Begitulah hari itu berlalu,
dengan kekesalan dihati Armand.
Hari – hari
selanjutnya hanya diam, diam, dan diam diantara mereka. Tak ada kabar tak ada
penjelasan hingga minggu– minggu berikutnya. Memang mudah bagi manusia mengatakan
“sudah” untuk meluapkan emosi, karena mungkin itu satu – satunya kata yang bisa melegakan emosi dalam hati
seseorang. Akan tetapi untuk melupakan, nggak semua manusia bisa secepat saat mengenalnya.
Bukan soal uang
ataupun benda yang berharga bagi mereka jika kenyataan memaksa mereka cukup
sampai disini. Tetapi setiap kenangan, waktu yang bergulir bersama kisah mereka,
dusta, tangis, sedih, canda, dan tawa yang mereka lewati bersama yang tak akan
pernah bisa mereka ganti.
Ikatan bathin yang
sama – sama kuat. Perasaan akan kerinduan yang sama masih ada dalam hati mereka
masing – masing.Memaksa mereka hanya bisa menyimpanya dalam hati, meski
kenyataanya mereka berdua sama – sama merasa kehilangan. Kehilangan kesempatan
untuk melepas kerinduan yang semakin hari semakin memenuhi ruang hati mereka
hingga penuh dan sesak.
Entah sampai kapan
akan begitu. Yang pasti sampai mereka lelah menunggu untuk melepaskan rasa
rindu. Mungkin sampai ada yang mengalah diantara mereka berdua. Mengalah untuk
memulai obrolan dengan “kode” yang hanya mereka berdua yang tahu. Yang selama
ini mereka gunakan untuk membuka percakapan, atau mereka akan tetap kekeh
dengan gengsi masing – masing. Jika gengsi mereka sama - sama Gedhe, itu artinya
mereka sudah siap ditemani rasa kangen untuk waktu yang cukup lama.
Kadang rasa rindu
dan gengsi itu seperti dua sisi koin. Nggak bisa dipisahkan, tapi mereka harus saling
menindih untuk menunjukkannya. Saat koin dilempar keatas dan jatuh maka hanya
ada 2 kemungkinan yang muncul, gengsi dan rindu. Jika gengsi yang harus muncul
itu artinya Dia menutup sisi kerinduan. Begitu juga sebaliknya. Jika rindu yang
muncul maka dia telah menutup sisi gengsinya.
At least bagi Gue
yang menulis cerita ini sudah tahu kalau mereka sudah sama – sama dewasa,
paling tidak mereka tahu apa yang harus mereka putuskan.
The End
Salam Tengik
sumber gambar : www.online-instagram.com
0 komentar:
Posting Komentar