Rabu, 06 Juli 2016

Rindu Vs Gengsi

PING!
PING!
PING!
Berkali – kali kalimat itu memasuki BlackBerry messager Satya. Berkali – kali juga Dia hanya membaca dan tak membalasnya.Merubah status pesan di BBM Armand“D” menjadi“R”.  Membiarkan semua “kode” dari Kekasih hatinyaterbengkalai.
Di tempat lain Armand hanya menyaksikan semua BBMnya hanya berubah dari “D” ke “R”, tapi tak satupun jua jawaban Ia terima.
 
Kerinduan hanya bisa Armand simpan dalam hatinya. Bertanya – tanya kenapa Satya mengabaikan kode dari dirinya. “Tak biasanya Satya begini.” gumam Armand.
Dari situ Armand mulai bertanya dalam hatinya sendiri, “ sudahkah Satya tak merindukanya lagi?” atau mungkin hanya waktu yang kurang tepat, bila saat ini mereka bertukar kabar. 

Detik berganti menit, menit berganti Jam, namun tak kunjung pesan Armand dibalas Satya. Armand mulai bosan pada kata menunggu, Ia buka facebooknya menulis status tentang kerinduan yang berpuisi, pada dasarnya hanya untuk menyinggung Satya. Mencolek perasaan Satya agar sadar kalau di tempat lain ada Laki – laki yang menantikan pesanya berbalas.

Bukanya membalas dengan komentar, Satya justru membalasnya dengan status yang intinya mengatakan bahwa Satya sebenarnya ingin ngobrol seperti biasanya, tapi ada rasa Gengsi untuk memulainya lebih dulu.Karena bagi Satya, kata Ladies first hanya cocok untuk ajakan jalan, bukan yang lain.

Semua itu berawal dari kejadian 2 hari yang lalu. Saat mereka berdua tengah asyik dalam obrolan melalui saluran telepon. Waktu itu pukul 22:10, Satya sudah tak dapat menahan kantuknya. Tapi Armand masih kuat untuk ngobrol apapun, karena Dia memang masuk kerja shift malam.

Rasa kantuk Satya membuat jawaban dari setiap pertanyaan Armand terdengar ngelantur. Armand yang merasa obrolan mereka mulai ada yang beda segera menanyakanya.
“kamu tahu kakak ipar ku kan Sat? Dia itu orangnya baik banget sama aku”.
“enggak Mas”.
“Kamu kenapa sih Sat? Kok aku ngerasa lain ya dengan cara kamu ngomong.”
“aku gak papa Mas”. Satya tak mau mengakui rasa kantuknya karena perasaan tidak enak pada Armand. Takut Armand kecewa, marah, dan malah membencinya karena lebih memilih tidur daripada ngobrol dengan kekasihnya. Sedangkan Armand sudah mengorbankan banyak hal untuk bisa ngobrol dengan Satya. Membeli pulsa, meluangkan waktu di sela – sela dinas malamnya. Dan menghindari alias sembunyi – sembunyi dari istrinya. Eh, salah. Dari Bosnya maksudnya.
“aku gak papa mas, beneran”. Satya kembali meyakinkan Armand.
Tapi emosi sudah terlanjur menguasai kepala Armand. “Ya sudah Sat, kalau kamu memang lagi males ngomong”. Seraya Armand menutup panggilan telponya. Begitulah hari itu berlalu, dengan kekesalan dihati Armand.

Hari – hari selanjutnya hanya diam, diam, dan diam diantara mereka. Tak ada kabar tak ada penjelasan hingga minggu– minggu berikutnya. Memang mudah bagi manusia mengatakan “sudah” untuk meluapkan emosi, karena mungkin itu satu – satunya kata  yang bisa melegakan emosi dalam hati seseorang. Akan tetapi untuk melupakan, nggak semua manusia bisa secepat saat mengenalnya.

Bukan soal uang ataupun benda yang berharga bagi mereka jika kenyataan memaksa mereka cukup sampai disini. Tetapi setiap kenangan, waktu yang bergulir bersama kisah mereka, dusta, tangis, sedih, canda, dan tawa yang mereka lewati bersama yang tak akan pernah bisa mereka ganti.

Ikatan bathin yang sama – sama kuat. Perasaan akan kerinduan yang sama masih ada dalam hati mereka masing – masing.Memaksa mereka hanya bisa menyimpanya dalam hati, meski kenyataanya mereka berdua sama – sama merasa kehilangan. Kehilangan kesempatan untuk melepas kerinduan yang semakin hari semakin memenuhi ruang hati mereka hingga penuh dan sesak.

Entah sampai kapan akan begitu. Yang pasti sampai mereka lelah menunggu untuk melepaskan rasa rindu. Mungkin sampai ada yang mengalah diantara mereka berdua. Mengalah untuk memulai obrolan dengan “kode” yang hanya mereka berdua yang tahu. Yang selama ini mereka gunakan untuk membuka percakapan, atau mereka akan tetap kekeh dengan gengsi masing – masing. Jika gengsi mereka sama - sama Gedhe, itu artinya mereka sudah siap ditemani rasa kangen untuk waktu yang cukup lama.
Kadang rasa rindu dan gengsi itu seperti dua sisi koin. Nggak bisa dipisahkan, tapi mereka harus saling menindih untuk menunjukkannya. Saat koin dilempar keatas dan jatuh maka hanya ada 2 kemungkinan yang muncul, gengsi dan rindu. Jika gengsi yang harus muncul itu artinya Dia menutup sisi kerinduan. Begitu juga sebaliknya. Jika rindu yang muncul maka dia telah menutup sisi gengsinya.

At least bagi Gue yang menulis cerita ini sudah tahu kalau mereka sudah sama – sama dewasa, paling tidak mereka tahu apa yang harus mereka putuskan. 

The End
Salam Tengik

sumber gambar : www.online-instagram.com

0 komentar:

Posting Komentar